Rabu, 18 Mei 2016

TIPS MENGIKUTI LOMBA MEWAKILI SEKOLAH








Mendengar kata Lomba, semua akan sepakat bahwa destinasi akhir lomba adalah Juara. Walaupun semua orang juga tahu kalau proses untuk menjadi juara juga sulit, berat dan berliku. Ceritakanlah kepada saudara, teman atau siapa saja, kalau kamu pernah mengikutoi lomba. Pasti mereka akan merespon dengan satu kalimat : “Dapat juara berapa?”. Mending kalau dapat predikat juara, kalau hanya penggembira saja biasanya kita suka menghibur diri dengan kalimat : “Lumayan dapat pengalaman”.

Modal utama untuk mengikuti lomba sebenarnya hanyalah sense of interest atau rasa ketertarikan, karena dari rasa tertarik akan muncul efek-efek yang menakjubkan. Contoh : tertarik lomba karya tulis mendorong untuk suka baca. Tertarik lomba nyanyi mendorong untuk sering mendengarkan musik dan tertarik lintas alam mendorong untuk giat berolahraga. Namun sense of interest tidak berlaku untuk anak-anak yang masih membutuhkan bimbingan orang tua. Saya masih ingat ketika usia 7 tahun sudah dipaksa untuk mengikuti lomba MTQ di desa. Sebenarnya bukan dipaksa tapi di bujuk dengan iming-iming.

Berbeda dengan lomba yang membutuhkan pembimbing (misal lomba mewakili Sekolah), bukan saja peserta yang harus mempunyai ketertarikan tapi pembimbingnya pun dituntut untuk punya selera dengan obyek yang akan di lombakan. Ingat, kemauan (keikut sertaan) dan ketertarikan adalah dua hal yang berbeda. Seribu alasan,orang mengikuti lomba. Dan dari seribu orang itu, hanya segelintir orang yang niat awalnya memang tertarik. Hadiah adalah salah satu contoh alasan mengapa kita tertarik untuk mengikuti lomba. Contoh-contoh yang lain, misalnya tingkat kesulitan, gengsi, hobi, uji mental dan lain-lain, juga menjadi daya tarik tersendiri. Artinya, menyamakan ketertarikan pembimbing dengan peserta butuh trik khusus.

Teorinya, semua pembimbing selalu menghendaki hasil maksimal, tetapi pada prakteknya terkadang pembimbing terkesan hanya melaksanakan perintah atasan tanpa ada sense of interest, toh kalah menang adalah hal biasa. Sistim bimbingan yang tidak terstruktur, atau terstruktur tapi tidak sistimatis adalah contoh dari model bimbingan yang kurang mempunyai ketertarikan. Tujuan mengikuti lomba terkesan hanya sekedar penggembira.
Berikut ini adalah tip khusus mengikuti jenis lomba yang mewakili sekolah.

1.)   Penunjukan langsung sebaiknya dihindari.

karena disamping menciptakan kecemburuan antar siswa juga subyektifitas penunjuk akan dipertanyakan bila hasil yang dicapai tidak sesuai harapan. Semakin obyektif dalam menyeleksi, memang semakin merepotkan bagi pembimbing, namun mental siswa yang belum terbentuk itulah yang mendasarimengapa proses seleksi harus se obyektif mungkin.
2.)   Persiapan seleksi minimal 6 bulan sebelumnya.

Karena lomba yang mewakili sekolah jangka waktunya lebih bersifatperiodik, maka persiapan seleksijauh-jauh hari sudah mulai dipersiapkan. Banyak contoh guru yang mati gaya ketika mendapat undangan lomba yang pelaksanaanya tinggal 1 minggu padahal sebenarnya lomba tersebut dilaksanakan tiap tahun.

3.)   Hanya 10 siswa yang telah kita tunjuk, yang berhak ikut seleksi.

Penunjukan 10 siswa berpatokan pada keseharian mereka. Separuh diambil karena perilaku mereka dan selebihnya karena prestasi akademis.

4.)   Minimal 4 kali seleksi harus mengerucut menjadi 2 siswa.

Artinya dalam satu kali proses seleksi harus tereliminasi 2 siswa.

5.)   Materi seleksi lebih dominan bersifat akademis.

Namun minimal 20% harus ada korelasi dengan materi lomba. Selebihnya materi lebih bersifat umum karena pendadaran dan pematangan dilakukan setelah terpilih 2 kandidat

6.)   2 kandidat yang terpilih harus dipertahankan sampai 2 hari menjelang lomba, sampai diputuskan salah satu harus menjadi cadangan.

7.)   Pematangan materi lomba harus kontinyu.

Minimal 10 sampai 20 kali pertemuan, yang terstruktur dan sistimatis dengan materi yang lebih spesifik sesuai materi lomba.


Akhirnya, yang bisa kita lakukan hanyalah berusaha yang terbaik. Selebihnya hanyalah berdoa. Jika Doa tidak merubah hidupmu, paling tidak Do’a menenangkanmu.